CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Jumat, 10 Oktober 2008

Cangkir Kopi


: penjual kopi

Urat cangkir ini sudah terlalu lama
menahan panas dan pahit
tak bisa disembunyikan urat rapuh di wajahnya
menanggung beban yang terlalu keruh
putihnya memudar
retak di tepian

Aku tahu dia butuh pertolongan
awan panas yang menyembul itu penanda
tak sebatas jadi mendung dan gerimis
tapi apa artinya?
apalah

Boleh kupinjam patahan gagang cangkirmu?
sebentar saja untuk mengaduk
lautmu yang lebih mati!
Sebelum kutelan bebannya
kusapa dengan lembut
kuajak bicara
dia hanya diam
kudekati wajahnya
kucium perihnya
bau karat
keusangan dari masa lalu.
semakin dekat kulihat
lekat lebam-lebam luka
tak ada perih rintih

Di mana kuburan luka-lukamu? tanyaku
dia menjawab dengan bahasa asing
seperti gumaman
seperti rintihan
antara pasrah dan perih
menghitam
melarut jadi pekat kental
di sebuah perjumpaan hitam
antara aku dan urat rapuh di wajahnya

Semakin lekat kulihat
kulihat pula bebannya
kian pekat dan menggumpal
membuatnya semakin bungkuk
terus!
dan terus aku coba!
membaca garis-garis luka di wajahnya
tapi tetap terlalu hitam
untuk sekedar kupahami
2006-2008


0 komentar: